Kamis, 02 Mei 2013

Tokoh Aliran Behaviorisme , Humanistik dan Psikoanalisa


A.      Tokoh Aliran Behaviorisme
a.    Albert Bandura  
Biografi Albert Bandura
Albert bandura dilahirkan pada 4 Desember 1925 di Mundare , suatu kota kecil didataran utara Alberta. Ia tumbuh sebagai anak laki – laki satu – satunya dari keluarga dengan lima kakak perempuan. Kedua orang tuanya telah beremigrasi dari negara Eropa timur saat mereka remaja, ayahnya berasal dari Polandia dan ibunya berasal dari Ukraina.
Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Bandura kemudian melewatkan musim padan di Yukon, bekerja di highway Alaska. Ia menyelesaikan gelar masternya pada tahun 1951 dan mendapatkan gelar Ph.D dalam psikologi klinis ditahun berikutnya. Kemudian, ia menghabiskan satu tahun di Wichita menyelesaikan hubungan kerja pascaprogram doktornya di Wichita Guidance Centre. Pada tahun 1953, ia bergabung dengan fakultas psikologi di Standford University, kecuali selama satu tahun sebagai akademisi di Centre For Advanced Study in Behavioral Sciences, tempatnya bertahan sepanjang kariernya.
Kebanyakan dari publikasi Bandura adalah dalam ranah psikologi klinis, terutama berkutat dengan psikoterapi dan tes Rorschach. Kemudian, pada tahun 1958, ia berkolaborasi dengan Richard H. Walters, mahasiswa pascasarjana pertamanya, untuk menerbitkan suatu makalah mengenai perilaku kriminal agresi. Pada tahun berikutnya, buku Adolescent Aggresion (1959) muncul. Buku – bukunya yang paling berpengaruh adalah Social Learning Theory (1977), Social Foundation of Thought and Action (1986), dan Self – Efficacy: The Exercise of Control (1997).
Bandura telah mengetuai American Psychological Association (APA) pada tahun 1974, ketua Western Psychological Association pada tahun 1980, dan ketua kehormatan Canadian Psychological Association pada tahun 1999. Selain itu, ia telah mendapatkan gelar kehormatan dari berbagai universitas bergengsi diseluruh dunia. Penghormatan dan penghargaan lain meliputi Gunggenheim Fellowship pada tahun 1972, Distinguished Scientific Contribution Award dari Divisi 12 (Klinis) APA di tahun yang sama, penghargaan untuk Distinguished Scientific Contribution dari APA pada tahun 1980, dan Distinguished Scientist Award dari Society of Behavioral Medicine.
 Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial memiliki beberapa asumsi dasar. Pertama, karekteristik yang paling menonjol dari manusia adalah plastisitas yaitu bahwa manusia mempunyai fleksibilitas untuk belajar berbagai jenis perilaku dalam situasi yang berbeda – beda. Bahwa manusia mampu dan betul – betul belajar melalui pengalaman langsung, tetapi bandura lebih menekankan terhadap proses belajar dengan cara diwakilkan (vicarious learning), yaitu belajar dengan mengobservasi orang lain.
Kedua, melalui model triadic reciprocal causation yang meliputi perilaku, lingkungan, dan faktor pribadi, dapat terlihat bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol kehidupannya. Manusia dapat mengubah kejadian yang tidak menetap menjadi suatu metode yang cukup konsisten dalam mengevaluasi serta mengontrol lingkungan sosial dan budaya mereka. Dua dorongan lingkungan yang penting dalam model triadic adalah pertemuan yang kebetulan dan kejadian tidak sengaja.
Ketiga, teori kognitif sosial menggunakan perspektif agen, yaitu manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol sifat dan kualitas hidup mereka. Manusia adalah produsen sekaligus produk dari sistem sosial. Komponen penting dari model triadic reciprocal causation adalah efikasi diri.. Sebagai tambahan dari efikasi diri, kedua agen proxy dan efikasi kolektif dapat memprediksikan performa. Dengan agen proxy, manusia mampu bersandar pada orang lain untuk barang – barang dan layanan – layanan, sementara efikasi kolektif merujuk pada keyakinan yang dimiliki oleh banyak orang, yang dapat menyebabkan perubahan.
Keempat, manusia mengontrol tingkah lakunya berdasarkan faktor – faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial dari seseorang, sementara faktor internal meliputi observasi diri. Proses menilai, dan reaksi diri.
Kelima, saat seseorang menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral, mereka biasanya berusaha untuk mengontrol perilaku mereka melalui agensi moral, yang meliputi mendefinisikan ulang suatu perilaku, merendahkan atau mendistorsi konsekuensi dan perilaku mereka, melakukan dehumanisasi atau menyalahkan korban dari perilaku mereka, dan mengalihkan atau mengaburkan kewajiban atas tindakan mereka.
Pembelajaran Melalui Observasi
Bandura yakin observasi memberikan jalan pada manusia untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apa pun. Manusia mengobservasi fenomena alami, tumbuhan, hewan, air terjun, pergerakan bulan dan bintang – bintang, dan lainnya; tetapi yang terpenting bagi teori kognitif sosial adalah asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain.
Modelling
Inti dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modelling. Pembelajaran melalui modelling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang diobservasi dan mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang laiinya. Modelling lebih dari sekedar pencocokan perilaku orang laun, melainkan merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan dimasa depan (Bandura, 1986, 1994).
Proses yang Mengatur Pembelajaran Melalui observasi
Bandura mengemukakan empat komponen pembelajaran melalui observasi yakni :
1.      Perhatian
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkn atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, berhasil, anggun, berkuasa dan sifat – sifat lain. Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan – kebutuhan dan minat – minat pribadi.
2.      Representasi
Representasi simbolik tidak perlu dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk gambaran dan dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Walaupun begitu, pengodean secara verbal akan sangat meningatkan kecepatan proses pembelajaran melalui observasi.
3.      Produksi perilaku
Setelah memperhatikan seorang model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Dalam proses mengubah representasi kognitif ke dalam tindakan yang tepat, kita harus bertanya pada diri kita beberapa pertanyaan mengenai perilaku yang akan ditiru.
4.      Motivasi
Pembelajaran melalui observasi paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melalkukan perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada pengumpulan informasi untuk belajar, namun performa difasilitasi oleh motivasi untuk melalukan perilaku tertentu.
Triadic Repciprocal Causation
B
                                               
                                                P                               E
Konsep Bandura mengenai triadic repciprocal causation. Fungsi manusia merupakan hasil interaksi antara perilaku (behaviour – B), Variabel manusia (person variable – P), dan lingkungan (environment – E). Bandura menggunakan istilah “timbal – balik (reciprocal)” untuk mengindikasikan adanya interaksi dari dorongan – dorongan, tidak hanya suatu tindakan yang sama atau berlainan. Ketiga faktor yang berhubungan timbal – balik tidak perlu mempunya kekuatan yang sama atau memberikan kontribusi yang setara.
Agen Manusia
Agen Manusia adalah esensi dari kemanusiaan. Bandura yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri sendiri, proaktif, mereflekasikan diri, dan dapat mengatur diri sendiri serta mempunyai kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri untuk menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
Efikasi Diri
Bagaimana manusia bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal – balik dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor – faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan suatu perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi. Bandura (1997) menyebut ekspektasi ini sebagai efikasi diri (self – efficacy).
Agen Proxy
Proxy meliputi kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat memengaruhi kehidupan sehari – hari. Bandura (2001) mengatakan bahwa “tidak ada orang yang mempunyai waktu, energi, dan sumber daya untuk dapat menguasai semua aspek kehidupan sehari – hari. Untuk dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya melibatkan kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi.
Efikasi Kolektif
Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai efikasi kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Dengan perkataan lain, efikasi kolektif adalah kepercayaan orang – orang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok.
Regulasi diri
Terbagi menjadi 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal
·         Eksternal
Faktor – faktor eksternal memengaruhi regulasi diri dalam dua cara :
a.     Standar untuk mengevaluasi prilaku dan adanya faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh personal.
b.     Cara untuk mendapatkan penguatan. Penghargaan instrinsik tidak selalu cukup karena membutuhkan insentif yang didapatkan dari faktor eksternal.
·         Internal
Bandura (1986, 1996) menyebutkan tiga kebutuhan internal dalam proses melakukan regulasi diri yaitu : a. Obervasi diri, b. Proses penilaian, c. Reaksi diri.
a.     Observasi diri
Faktor internal pertama dalam regulasi diri adalah observasi diri dari performa. Memberikan perhatian secara selektif terhadap beberaoa aspek dari perilaku dan melupakan yang lainnya dengan sepenuhnya.
b.     Proses Penilaian
Proses kedua proses penilaian, membantu meregulasi perilaku melalui proses mediasi kognitif. Tidak hanya mapu untuk menyadari diri secara reflektif, tetapi juga menilai seberapa berharga tindakan berdasarkan tujuan yang telah buat untuk diri sendiri.
c.     Reaksi diri
Faktor internal ketiga dalam regulasi diri adalah reaksi diri. Manusia berespons secara positif dan negatif terhadap perilaku mereka bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar personal mereka.
Moral Agency
Moral Agency mempunyai dua aspek :
1.      Tidak menyakiti orang lain
2.       Membantu orang lain.
B.      Tokoh Aliran Humanistik
b.     Carl Ransom Rogers
Biografi Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park, Illinois, sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Rogers sempat berkeinginan menjadi petani dan setelah lulus dari sekolah menengah atas, ia kuliah si Universitas of Wisconsin dan mengambil jurusan pertanian. Akan tetapi, ia mulai kehilangan minatnya pada pertanian dan lebih taat kepada bidang agama.
Pada tahun 1924, Rogers bergabung dengan Seminari Union Theological di New York dengan intensi untuk menjadi pastur. Pada tahun 1927, Rogers bekerja sebagai staf di Institute of Child Guidance yang baru di New York City dan terus bekerja sambil menyelesaikan gelar doktornya.
 Rogers menerima gelar Ph.D dari Columbia pada tahun1931, setelah pindah ke New York untuk bekerja dengan Rochester Society of the Prevention of Cruelty to Children. Rogers menghabiskan 12 tahun di Rochester, berkutat dengan pekerjaan yang dapat dengan mudah mengisolasi dirinya dari karier akademik yang sukses.  Rogers menerima posisi di University of Wisconsin pada tahun 1957 karena ingin mempeluas penelitian dan gagasan – gagasannya mengenai psikiatri.
Teori yang Berpusat pada Pribadi
Pada tahun – tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai “Nondirective”, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang berpusat pada klien” (client – centered), “yang berpusat pada pribadi” (person – centered), “yang berpusat pada siswa” (student – centered), “yang berpusat pada kelompok” (group – centered), “person – to – person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilahnya yang lebih luas, yaitu person – centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
Asumsi Dasar
Rogers mengajukan dua asumsi umum :
1.    Kecenderungan Formatif
Rogers (1978, 1980) yakni bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organik, maupun non – organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif, dan bukan proses disintegrasi. Rogers  menyebit proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh – contoh dari alam. Sebagai contoh, galaksi bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang terorganisasi dengan baik; kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak berbentuk; organisme kompleks berkembang dari sebuah sel; dan kesadaran manusia merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitif menjadi kesadaran yang sangat teratur.
2.    Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang saling berkaitan dan relevan adalah kecenderungan aktualisasi, atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Rogers, 1959, 1980). Kecenderungan ini merupakan satu – satunya motif yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar, untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh – contoh dari satu motif aktualisasi.
Diri dan Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa yang tidak.
Aktualisasi diri (self – actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Konsep diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian – bagian dari diri organismik berada diluar kesadaran seseorang atau tidak memiliki oleh orang tersebut.
Demikian pula, manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman dengan kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka. Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistrosi atau diubah.
Diri Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengidikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.
C.      Tokoh Aliran Psikoanalisa
c.   Carl Jung
Biografi Carl Jung
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Danau Constance, Swiss. Kakeknya dari pihak ayah, Carl Gustav Jung Tua adalah seorang fisikawan terkenal di Basel dan seorang yang dikenal baik di kota itu. Ayah dan Ibu Jung adalah anak terakhir dari tiga belas bersaudara.
Ayah Jung, Johan Paul Jung seorang pejabat dalam pembentukan Gerja Swiss (Swiss Reformed Church). Ibunya, Emilie Preiserk Jung adalah anak dari ahli teologi. Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra, lahir sebelum Carl, hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri yang usianya lebih muda sembilan tahun dari Jung.
Kesadaran (Ego)
Persepsi – persepsi, ingatan – ingatan, pikiran – pikiran, serta perasaan – perasaan sadar.
Ketidaksadaran
Ketidaksadaran dibagi menjadi 2 yaitu :
a.   Ketidaksadaran personal
Freud’s Preconscius & Unconscious. Pengalaman – pengalaman yang pernah disadari tapi dilupakan atau diabaikan atau lemah. Materi ketidak sadaran personal “Kompleks” merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan.
b.   Ketidaksadaran Kolektif
Kondisi psikis yang potensial, diturunkan dari generasi ke generasi, Deeper level of the unconscious, komponen struktural Arketipe (Archetype).
Arketipe
Pola emosi yang telah terbentuk lama yang muncul sebagai reaksi atas pengalaman – pengalaman. Mempengaruhi manusia untuk bereaksi dengan cara – cara yang dapat diprediksi pada stimulus tertentu. Konsep lain : Persona, Shadow, Anima, Animus, Great mother, Wise old man, Hero dan Self.
·         Persona : Sisi kepribadian yang ditunjukkan pada dunia.
·         Shadow : Arketipe dari kegelapan dan represi yang menampilkan kualitas – kualitas yang tidak kita akui keberadaannya, berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain.
·         Anima    : Elemen feminin pada pria
·         Animus   : Elemen maskulin pada wanita
·         Great mother : Dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan vs mengabaikan dan menghancurkan
·         Wise old man  : Arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.
·         Hero (Pahlawan) : Arketipe pahlawan direpresentasikan sebagai sosok yang kuat, melawan kejahatan.
·         Self (Diri)    : Arketipe paling komprehensif, disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhan dan  kelengkapan.
Dinamika Kepribadian
·         Kausalitas dan Teleologi
a.     Freud : Kuasalitas (sikap seseorang pada masa dewasanya bergantung pada pengalaman masa kecilnya)
b.     Adler     : Teleologi (seseorang termotivasi oleh persepsi kesadaran dan ketidaksadaran dari tujuan akhir fiktif)
c.     Jung        : Kausalitas dan Teleologi harus seimbang
·         Progresi dan Regresi
a.     Progresi adalah adaptasi kepada dunia luar. Manusia bereaksi secara konsisten terhadap kondisi lingkungan tertentu.
b.     Regresi adalah adaptasi kedalam. Langkah mundur yang diperlukan dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan.
Tipe Psikologis (Sikap dan Fungsi)
Sikap
a.   Introversi : mengarahkan seseorang ke dunia dalam, dunia subjektif.
b.   Ekstroversi : mengarahkan seseorang ke dunia luar, dunia objektif.
Orang yang sehat secara psikologis akan mendapati dirinya berada dalam keseimbangan dari dua jenis sikap ini dan merasa nyaman dengan dunia internal dan eksternal, 4 fungsi tersebut :
a.   Sensing : fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual.
b.   Thinking : aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide.
c.   Feeling   : proses evaluasi sebuah ide atau kejadian
d.   Intuiting  : persepsi yang berada jaug diluar sistem kesadaran.
Tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap perkembangan dibagi menjadi 4 masa :
1.      Masa Kanak – kanak
2.      Masa Muda (youth)
3.      Masa petengahan (paruh baya)
4.      Masa Tua (old age)
Masa Kanak – kanak, dibagi menjadi 3 bagian :
1.    Anarkis    : Kesadaran yang kacau dan sporadis
2.    Monarkis : Perkembangan ego dan mulainya masa berpikir secara logis dan verbal
3.    Dualistis    : Ego terbagi menjadi subjektif dan objektif, anak – anak menyadari dirinya sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
Jung, kepribadian berkembang melalui serangkaian tahap yang berujung pada sebuah keutuhan pribadi atau realisasi diri.
Kelahiran kembali psikologis disebut dengan realisasi diri atau individuasi.
Proses untuk menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (proses penyatuan dua kutub menjadi sebuah yang homegen). Orang yang telah melewati proses ini telah meminimalkan persona mereka, mengenali anima dan animusnya serta telah mencapai keseimbangan  introversi dan ekstraversinya.  
  
DAFTAR PUSTAKA
·         Feist ,Jess & J.Feist . 2012. Teori Kepribadian(bagian1). Jakarta : Salemba Humanika.
·         Feist ,Jess & J.Feist .2012. Teori Kepribadian(bagian2). Jakarta : Salemba Humanika.