A.
Tokoh Aliran
Behaviorisme
a. Albert
Bandura
Biografi
Albert Bandura
Albert bandura
dilahirkan pada 4 Desember 1925 di Mundare , suatu kota kecil didataran utara
Alberta. Ia tumbuh sebagai anak laki – laki satu – satunya dari keluarga dengan
lima kakak perempuan. Kedua orang tuanya telah beremigrasi dari negara Eropa
timur saat mereka remaja, ayahnya berasal dari Polandia dan ibunya berasal dari
Ukraina.
Setelah lulus dari
sekolah menengah atas, Bandura kemudian melewatkan musim padan di Yukon, bekerja
di highway Alaska. Ia menyelesaikan gelar masternya pada tahun 1951 dan mendapatkan
gelar Ph.D dalam psikologi klinis ditahun berikutnya. Kemudian, ia menghabiskan
satu tahun di Wichita menyelesaikan hubungan kerja pascaprogram doktornya di
Wichita Guidance Centre. Pada tahun 1953, ia bergabung dengan fakultas
psikologi di Standford University, kecuali selama satu tahun sebagai akademisi
di Centre For Advanced Study in Behavioral Sciences, tempatnya bertahan
sepanjang kariernya.
Kebanyakan dari
publikasi Bandura adalah dalam ranah psikologi klinis, terutama berkutat dengan
psikoterapi dan tes Rorschach. Kemudian, pada tahun 1958, ia berkolaborasi
dengan Richard H. Walters, mahasiswa pascasarjana pertamanya, untuk menerbitkan
suatu makalah mengenai perilaku kriminal agresi. Pada tahun berikutnya, buku Adolescent Aggresion (1959) muncul. Buku
– bukunya yang paling berpengaruh adalah Social
Learning Theory (1977), Social
Foundation of Thought and Action (1986), dan Self – Efficacy: The Exercise of Control (1997).
Bandura telah
mengetuai American Psychological Association (APA) pada tahun 1974, ketua
Western Psychological Association pada tahun 1980, dan ketua kehormatan
Canadian Psychological Association pada tahun 1999. Selain itu, ia telah
mendapatkan gelar kehormatan dari berbagai universitas bergengsi diseluruh
dunia. Penghormatan dan penghargaan lain meliputi Gunggenheim Fellowship pada
tahun 1972, Distinguished Scientific Contribution Award dari Divisi 12 (Klinis)
APA di tahun yang sama, penghargaan untuk Distinguished Scientific Contribution
dari APA pada tahun 1980, dan Distinguished Scientist Award dari Society of
Behavioral Medicine.
Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif
sosial memiliki beberapa asumsi dasar. Pertama,
karekteristik yang paling menonjol dari manusia adalah plastisitas yaitu bahwa manusia mempunyai fleksibilitas untuk belajar
berbagai jenis perilaku dalam situasi yang berbeda – beda. Bahwa manusia mampu
dan betul – betul belajar melalui pengalaman langsung, tetapi bandura lebih
menekankan terhadap proses belajar dengan cara diwakilkan (vicarious learning), yaitu belajar dengan mengobservasi orang lain.
Kedua,
melalui model triadic reciprocal
causation yang meliputi perilaku, lingkungan, dan faktor pribadi, dapat
terlihat bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk mengontrol kehidupannya.
Manusia dapat mengubah kejadian yang tidak menetap menjadi suatu metode yang
cukup konsisten dalam mengevaluasi serta mengontrol lingkungan sosial dan
budaya mereka. Dua dorongan lingkungan yang penting dalam model triadic adalah pertemuan yang kebetulan dan kejadian
tidak sengaja.
Ketiga,
teori kognitif sosial menggunakan perspektif agen, yaitu manusia mempunyai
kapasitas untuk mengontrol sifat dan kualitas hidup mereka. Manusia adalah produsen
sekaligus produk dari sistem sosial. Komponen penting dari model triadic reciprocal causation adalah
efikasi diri.. Sebagai tambahan dari efikasi diri, kedua agen proxy dan efikasi kolektif dapat
memprediksikan performa. Dengan agen
proxy, manusia mampu bersandar pada orang lain untuk barang – barang dan
layanan – layanan, sementara efikasi
kolektif merujuk pada keyakinan yang dimiliki oleh banyak orang, yang dapat
menyebabkan perubahan.
Keempat,
manusia mengontrol tingkah lakunya berdasarkan faktor – faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal meliputi
lingkungan fisik dan sosial dari seseorang, sementara faktor internal meliputi observasi diri. Proses menilai, dan reaksi
diri.
Kelima,
saat seseorang menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral, mereka
biasanya berusaha untuk mengontrol perilaku mereka melalui agensi moral, yang meliputi mendefinisikan ulang suatu perilaku,
merendahkan atau mendistorsi konsekuensi dan perilaku mereka, melakukan
dehumanisasi atau menyalahkan korban dari perilaku mereka, dan mengalihkan atau
mengaburkan kewajiban atas tindakan mereka.
Pembelajaran Melalui Observasi
Bandura yakin observasi memberikan jalan pada manusia
untuk belajar tanpa harus melakukan perilaku apa pun. Manusia mengobservasi
fenomena alami, tumbuhan, hewan, air terjun, pergerakan bulan dan bintang –
bintang, dan lainnya; tetapi yang terpenting bagi teori kognitif sosial adalah
asumsi bahwa mereka belajar melalui observasi perilaku orang lain.
Modelling
Inti
dari pembelajaran melalui proses observasi adalah modelling. Pembelajaran
melalui modelling meliputi menambahi atau mengurangi suatu perilaku yang
diobservasi dan mengeneralisasi dari satu observasi ke observasi yang laiinya.
Modelling lebih dari sekedar pencocokan perilaku orang laun, melainkan
merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk
digunakan dimasa depan (Bandura, 1986, 1994).
Proses yang
Mengatur Pembelajaran Melalui observasi
Bandura
mengemukakan empat komponen pembelajaran melalui observasi yakni :
1. Perhatian
Sebelum melakukan peniruan terlebih
dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan
untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkn atau mempunyai sifat dan
kualitas yang hebat, berhasil, anggun, berkuasa dan sifat – sifat lain.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan – kebutuhan dan minat –
minat pribadi.
2. Representasi
Representasi simbolik tidak perlu
dalam bentuk verbal, karena beberapa observasi dipertahankan dalam bentuk
gambaran dan dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Walaupun
begitu, pengodean secara verbal akan sangat meningatkan kecepatan proses
pembelajaran melalui observasi.
3. Produksi
perilaku
Setelah memperhatikan seorang model
dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, kemudian kita memproduksi
perilaku tersebut. Dalam proses mengubah representasi kognitif ke dalam
tindakan yang tepat, kita harus bertanya pada diri kita beberapa pertanyaan
mengenai perilaku yang akan ditiru.
4. Motivasi
Pembelajaran melalui observasi
paling efektif terjadi apabila pihak yang belajar termotivasi untuk melalkukan
perilaku yang ditiru. Perhatian dan representasi dapat berakibat pada
pengumpulan informasi untuk belajar, namun performa difasilitasi oleh motivasi
untuk melalukan perilaku tertentu.
Triadic
Repciprocal Causation
B
P E
Konsep Bandura
mengenai triadic repciprocal causation. Fungsi
manusia merupakan hasil interaksi antara perilaku (behaviour – B), Variabel
manusia (person variable – P), dan lingkungan (environment – E). Bandura
menggunakan istilah “timbal – balik (reciprocal)” untuk mengindikasikan adanya
interaksi dari dorongan – dorongan, tidak hanya suatu tindakan yang sama atau
berlainan. Ketiga faktor yang berhubungan timbal – balik tidak perlu mempunya
kekuatan yang sama atau memberikan kontribusi yang setara.
Agen
Manusia
Agen Manusia adalah
esensi dari kemanusiaan. Bandura yakin bahwa manusia bersifat meregulasi diri
sendiri, proaktif, mereflekasikan diri, dan dapat mengatur diri sendiri serta
mempunyai kekuatan untuk memengaruhi tindakan mereka sendiri untuk menghasilkan
konsekuensi yang diinginkan.
Efikasi Diri
Bagaimana manusia
bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal – balik dari
perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor – faktor kognitif
yang berhubungan dengan keyakinan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan
suatu perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan
dalam suatu situasi. Bandura (1997) menyebut ekspektasi ini sebagai efikasi
diri (self – efficacy).
Agen Proxy
Proxy meliputi
kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat memengaruhi
kehidupan sehari – hari. Bandura (2001) mengatakan bahwa “tidak ada orang yang
mempunyai waktu, energi, dan sumber daya untuk dapat menguasai semua aspek
kehidupan sehari – hari. Untuk dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya
melibatkan kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi.
Efikasi Kolektif
Bandura (2000)
mendefinisikan efikasi kolektif sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia
mengenai efikasi kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Dengan
perkataan lain, efikasi kolektif adalah kepercayaan orang – orang bahwa usaha
mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok.
Regulasi diri
Terbagi menjadi 2
faktor yaitu faktor eksternal dan internal
·
Eksternal
Faktor – faktor eksternal
memengaruhi regulasi diri dalam dua cara :
a. Standar untuk mengevaluasi prilaku dan adanya
faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh personal.
b. Cara untuk mendapatkan penguatan. Penghargaan
instrinsik tidak selalu cukup karena membutuhkan insentif yang didapatkan dari
faktor eksternal.
·
Internal
Bandura (1986, 1996) menyebutkan
tiga kebutuhan internal dalam proses melakukan regulasi diri yaitu : a.
Obervasi diri, b. Proses penilaian, c. Reaksi diri.
a. Observasi diri
Faktor internal pertama dalam
regulasi diri adalah observasi diri dari performa. Memberikan perhatian secara
selektif terhadap beberaoa aspek dari perilaku dan melupakan yang lainnya
dengan sepenuhnya.
b. Proses Penilaian
Proses kedua proses penilaian,
membantu meregulasi perilaku melalui proses mediasi kognitif. Tidak hanya mapu
untuk menyadari diri secara reflektif, tetapi juga menilai seberapa berharga
tindakan berdasarkan tujuan yang telah buat untuk diri sendiri.
c. Reaksi diri
Faktor internal ketiga dalam
regulasi diri adalah reaksi diri. Manusia berespons secara positif dan negatif terhadap
perilaku mereka bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar
personal mereka.
Moral Agency
Moral Agency
mempunyai dua aspek :
1. Tidak menyakiti orang lain
2. Membantu
orang lain.
B. Tokoh Aliran Humanistik
b. Carl Ransom
Rogers
Biografi Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers
lahir pada tanggal 8 Januari 1902, di Oak Park, Illinois, sebagai anak keempat
dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Rogers sempat
berkeinginan menjadi petani dan setelah lulus dari sekolah menengah atas, ia
kuliah si Universitas of Wisconsin dan mengambil jurusan pertanian. Akan
tetapi, ia mulai kehilangan minatnya pada pertanian dan lebih taat kepada
bidang agama.
Pada tahun 1924,
Rogers bergabung dengan Seminari Union Theological di New York dengan intensi
untuk menjadi pastur. Pada tahun 1927, Rogers bekerja sebagai staf di Institute
of Child Guidance yang baru di New York City dan terus bekerja sambil
menyelesaikan gelar doktornya.
Rogers menerima gelar Ph.D dari Columbia pada
tahun1931, setelah pindah ke New York untuk bekerja dengan Rochester Society of
the Prevention of Cruelty to Children. Rogers menghabiskan 12 tahun di
Rochester, berkutat dengan pekerjaan yang dapat dengan mudah mengisolasi
dirinya dari karier akademik yang sukses.
Rogers menerima posisi di University of Wisconsin pada tahun 1957 karena
ingin mempeluas penelitian dan gagasan – gagasannya mengenai psikiatri.
Teori yang Berpusat pada Pribadi
Pada tahun – tahun
awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai “Nondirective”, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan
dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut
memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang berpusat pada klien” (client – centered), “yang berpusat pada
pribadi” (person – centered), “yang
berpusat pada siswa” (student – centered),
“yang berpusat pada kelompok” (group –
centered), “person – to – person”.
Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers
dan istilahnya yang lebih luas, yaitu person – centered untuk merujuk pada
teori kepribadian Rogers.
Asumsi Dasar
Rogers mengajukan
dua asumsi umum :
1. Kecenderungan Formatif
Rogers (1978, 1980) yakni bahwa
terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organik, maupun non – organik,
untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.
Untuk alam semesta, terjadi sebuah proses kreatif, dan bukan proses
disintegrasi. Rogers menyebit proses ini
sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh – contoh dari alam.
Sebagai contoh, galaksi bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang
terorganisasi dengan baik; kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak
berbentuk; organisme kompleks berkembang dari sebuah sel; dan kesadaran manusia
merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitif menjadi kesadaran yang sangat
teratur.
2. Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang saling berkaitan dan
relevan adalah kecenderungan aktualisasi, atau kecenderungan setiap manusia
(selain hewan lain dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan
dari potensi (Rogers, 1959, 1980). Kecenderungan ini merupakan satu – satunya
motif yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar,
untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima
diri seseorang adalah contoh – contoh dari satu motif aktualisasi.
Diri dan Aktualisasi Diri
Menurut Rogers
(1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran
pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”). Kemudian, bayi secara
bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang
terasa baik dan apa yang terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan apa
yang tidak.
Aktualisasi diri (self – actualization) merupakan bagian
dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu
sendiri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri
sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran.
Konsep diri
Konsep diri
meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari
(walaupun tidak selalu akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak
identik dengan diri organismik. Bagian – bagian dari diri organismik berada
diluar kesadaran seseorang atau tidak memiliki oleh orang tersebut.
Demikian pula,
manusia dapat menyangkal beberapa aspek dalam dirinya seperti pengalaman dengan
kebohongan, saat pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam
menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak
konsisten dengan konsep diri mereka, biasanya disangkal atau hanya diterima
dengan bentuk yang telah didistrosi atau diubah.
Diri Ideal
Subsistem kedua
dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangan seseorang
atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut,
biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar
antara diri ideal dan konsep diri mengidikasikan inkongruensi dan merupakan
kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat
sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara
ideal.
C. Tokoh Aliran Psikoanalisa
c. Carl Jung
Biografi Carl Jung
Carl Gustav Jung
lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Danau Constance,
Swiss. Kakeknya dari pihak ayah, Carl Gustav Jung Tua adalah seorang fisikawan
terkenal di Basel dan seorang yang dikenal baik di kota itu. Ayah dan Ibu Jung
adalah anak terakhir dari tiga belas bersaudara.
Ayah Jung, Johan
Paul Jung seorang pejabat dalam pembentukan Gerja Swiss (Swiss Reformed Church). Ibunya, Emilie Preiserk Jung adalah anak
dari ahli teologi. Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra,
lahir sebelum Carl, hanya bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putri
yang usianya lebih muda sembilan tahun dari Jung.
Kesadaran
(Ego)
Persepsi –
persepsi, ingatan – ingatan, pikiran – pikiran, serta perasaan – perasaan
sadar.
Ketidaksadaran
Ketidaksadaran
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Ketidaksadaran
personal
Freud’s Preconscius & Unconscious. Pengalaman – pengalaman yang pernah disadari
tapi dilupakan atau diabaikan atau lemah. Materi ketidak sadaran personal
“Kompleks” merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan
perasaan.
b. Ketidaksadaran
Kolektif
Kondisi psikis yang
potensial, diturunkan dari generasi ke generasi, Deeper level of the unconscious, komponen struktural Arketipe (Archetype).
Arketipe
Pola emosi yang
telah terbentuk lama yang muncul sebagai reaksi atas pengalaman – pengalaman.
Mempengaruhi manusia untuk bereaksi dengan cara – cara yang dapat diprediksi
pada stimulus tertentu. Konsep lain : Persona,
Shadow, Anima, Animus, Great mother, Wise old man, Hero dan Self.
·
Persona :
Sisi kepribadian yang ditunjukkan pada dunia.
·
Shadow : Arketipe
dari kegelapan dan represi yang menampilkan kualitas – kualitas yang tidak kita
akui keberadaannya, berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain.
·
Anima :
Elemen feminin pada pria
·
Animus :
Elemen maskulin pada wanita
·
Great mother : Dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan vs
mengabaikan dan menghancurkan
·
Wise old man
: Arketipe dari
kebijaksanaan dan keberartian yang menyimbolkan pengetahuan manusia akan
misteri kehidupan.
·
Hero (Pahlawan) : Arketipe pahlawan direpresentasikan sebagai
sosok yang kuat, melawan kejahatan.
·
Self (Diri)
: Arketipe paling
komprehensif, disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhan dan
kelengkapan.
Dinamika Kepribadian
·
Kausalitas dan Teleologi
a. Freud : Kuasalitas (sikap seseorang pada masa
dewasanya bergantung pada pengalaman masa kecilnya)
b. Adler
: Teleologi (seseorang termotivasi oleh persepsi kesadaran dan ketidaksadaran
dari tujuan akhir fiktif)
c. Jung
: Kausalitas dan Teleologi harus seimbang
·
Progresi dan Regresi
a. Progresi adalah adaptasi kepada dunia luar.
Manusia bereaksi secara konsisten terhadap kondisi lingkungan tertentu.
b. Regresi adalah adaptasi kedalam. Langkah mundur
yang diperlukan dalam sebuah perjalanan menuju kesuksesan.
Tipe Psikologis (Sikap dan Fungsi)
Sikap
a. Introversi : mengarahkan seseorang ke dunia dalam, dunia
subjektif.
b. Ekstroversi : mengarahkan seseorang ke dunia luar, dunia objektif.
Orang yang sehat
secara psikologis akan mendapati dirinya berada dalam keseimbangan dari dua
jenis sikap ini dan merasa nyaman dengan dunia internal dan eksternal, 4 fungsi tersebut :
a. Sensing :
fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan
mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual.
b. Thinking :
aktivitas intelektual logika yang dapat memproduksi serangkaian ide.
c. Feeling : proses evaluasi sebuah ide atau kejadian
d. Intuiting
: persepsi yang
berada jaug diluar sistem kesadaran.
Tahap Perkembangan Kepribadian
Tahap perkembangan
dibagi menjadi 4 masa :
1. Masa Kanak – kanak
2. Masa Muda (youth)
3. Masa petengahan (paruh baya)
4. Masa Tua (old
age)
Masa Kanak – kanak, dibagi menjadi 3 bagian :
1. Anarkis :
Kesadaran yang kacau dan sporadis
2. Monarkis : Perkembangan ego dan mulainya masa berpikir
secara logis dan verbal
3. Dualistis :
Ego terbagi menjadi subjektif dan objektif, anak – anak menyadari dirinya
sebagai orang pertama dan mulai sadar akan eksistensinya sebagai individu yang
terpisah.
Jung, kepribadian
berkembang melalui serangkaian tahap yang berujung pada sebuah keutuhan pribadi
atau realisasi diri.
Kelahiran kembali
psikologis disebut dengan realisasi diri atau individuasi.
Proses untuk
menjadi seseorang atau seseorang secara utuh (proses penyatuan dua kutub
menjadi sebuah yang homegen). Orang yang telah melewati proses ini telah
meminimalkan persona mereka, mengenali anima dan animusnya serta telah mencapai
keseimbangan introversi dan
ekstraversinya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Feist ,Jess & J.Feist . 2012. Teori Kepribadian(bagian1). Jakarta :
Salemba Humanika.
·
Feist ,Jess & J.Feist .2012. Teori Kepribadian(bagian2). Jakarta :
Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar